Bulan telah menghitam diatas langit yang mulai memerah pekat.
Pujian pujian yang telah terbakar hingga menjadi abu.
Dan tertiup oleh angin bersamaan dengan daun kering yang membisu palsu.
Buah kemunafikan lebat menghuni pohon hitam yang tak lagi rindu akan surga Esa.
Inilah akhir dari renta nya tempat berpijak.
Taring-taring musuh telah mencengkram hati insan durhaka.
Postingan Populer
-
Kakek tua renta.. Apakah kau sebatang kara? Kakek tua renta.. Berjalan melawan matahari menyala. Kakek tua renta.. Peluh lelahmu memb...
-
Gelombang bernada penyiksaan. Yang mengudara bersama kepulan putih. Berkecamuk nikmat sengsara. Berbaku hantam dibalik distorsi hitam. ...
-
Perjuangan ku untuk melepaskan mu sungguh besar. Aku tak ingin lagi kau dalam hidupku dan terus menggrogoti imanku.. Dulu kau pengobat luk...
-
Rasa candu menarik hati. Robohkan setiap sisi iman. Rasa gila membuahi pikiran. Memaksa masuk buaikan kesenangan semu. R...
-
Matahari yang telah membuka mata. Kini ku jilati setitik demi setitik. Ku peluk dinding dinding peluh yang mencoba merobohkan ku. Aku masi...
-
Tak ternilai seberapa besar pengorbanan itu kepadaku. Tak ternilai besar nya kasih sayang dan cintamu kepadaku. Tutur kata mu adalah em...
-
Bulan telah menghitam diatas langit yang mulai memerah pekat. Pujian pujian yang telah terbakar hingga menjadi abu. Dan tertiup oleh ang...
-
Jalan masih terlalu jauh. Entah dimana perahu kecil ini akan berlabuh. Sang surya membasuh kini tiba lah peluh. Ku layangkan t...
-
Desahan kebencian merangkak masuk membalur hati yang suci. Mengiris sisi hati nurani. Disaat keangkuhan merajam relung jiwa. Dikala ke...
-
Bergema dengan perkasa muntahan senjata. Semburan kelabu kian menghitam menghias cakrawala. Kini tiada lagi cinta yang bersama. Tiada lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar